Kucumbu Tubuh Indahku: Trauma yang Mengubah Rasa Cinta

Kucumbu Tubuh Indahku: Trauma yang Mengubah Rasa Cinta

KUCUMBU Tubuh Indahku dibuat dengan gaya narasi drama documenter. Dari penuturan sang tokoh utama, Juno, penonton memahami konflik maupun problematika yang ditawarkan sutradar Garin Nugroho. Kucumbu mengalir sederhana, namun isu sossial mestinya bisa menjadi perhatian banyak pihak untuk menyaksikan film ini.

Juno, kependekan dari nama Arjuno, mengalami bermacam trauma sejak masa kecil. Ditinggal pergi sang bapak yang juga trauma menyaksikan mayat-mayat di sungai saat masa pembasmian 1960an. Juno juga menyaksikan trauma kematian penari lengger yang diajar sang guru tari karena bercinta dengan kekasih sang guru.

Hidup Juno sebenarnya menemukan masa kebahagiaan ketika jarinya dianggap punya kekuatan ‘setan’ dalam menentukan ayam piaraan sang bulik akan bertelur. Berbondong-bondong warga minta jasa jari Juno masuk ke dubur ayam untuk menentukan kapan ayam mereka akan bertelur. Bagian ini yang mengundang ger-geran penonton. Tapi gara-gara jari setan ini, Juno mendapat siksaan dari sang bulik. Ia pun memilih pergi bersama sang pakde. Juno membantu sang pakde menerima order jahit baju.

Juno yang beranjak dewasa harus mengantarkan pesanan baju pengantin sang petinju. Sejak saat itu, Juno tak bisa menghindari penyimpangan perilaku seksualnya. Termasuk ketika ia ikut grup penari lengger. Puncaknya, Juno diangkat sebagai gemblak, pasangan homo seorang warok.

Kucumbu sebenarnya punya modal kuat dari sisi cerita. Sangat jarang film Indonesia, masuk dalam wilayah yang sangat sensitif untuk saat ini. Bicara kehidupan lelaki homo atau berperilaku seksual menyimpang, tidaklah menguntungkan. Juga tidak mudah menggambarkan relasi sesama jenis. Moonlight atau Brokeback Mountain boleh saja menang Oscar, tapi tidak semua penonton hepi menyaksikan visual asmara sesama jenis.

Kucumbu sesungguhnya juga bisa jadi isu seksi yang menarik perhatian penonton. Ia juga semestinya  mampu memberi pemahaman bahwa gay atau homoseksual bukanlah anomali. Ia memang ada dan harus bisa diterima walaupun sangat berat. Seberat hidup Juno yang berkali-kali menemui masalah. Bahkan orang yang dekat dengannya menemui ajal. Metafor-metafor seperti ini juga disisipkan pembuat. Sayang kalau tak dipahami penonton.

Kucumbu Tubuh Indahku sebagai film tragic drama noir, baru sampai pada tuturan yang mengalir. Ia belum menjadi visual pembawa pesan yang menawan. Juga semestinya mampu menyuarakan keberpihakan pada kelompok minoritas. Tapi setidaknya, Juno pernah hadir dan mengisi ruang-ruang penyadaran penonton yang selama ini antipati pada kehidupan homoseksual. Paling tidak, Juno juga sudah menghibur penonton lewat jari ‘setannya’.  

(Sinemata/ AMI)

Sutradara; Garin Nugroho

Pemain:

Muhammad Khan, Raditya Evandra, Sujiwo Tejo, Teuku Rifnu Wikana, Randy Pangalil, Whani Dharmawan, Endah Laras, Windarti

Tags