Ford v Ferrari: Lintasan Balap, Lintasan Ego dan Kuasa

Ford v Ferrari: Lintasan Balap, Lintasan Ego dan Kuasa

PALING sulit adalah menyingkirkan ego. Karena ego bisa merusak banyak hal. Ya persahabatan, ya pekerjaan, keluarga bahkan nyawa. Tapi ego, juga bisa menjadi energi seorang Ken Miles, mengalahkan keangkuhan jawara balap mobil ketahanan Le Mans, Ferrari. 

Sebenarnya tak hanya Ferrari yang dikalahkan Ken Miles, keangkuhan para bos raksasa otomotif, Ford. Mereka harus mengakui, bahwa Ken Miles punya jasa besar meruntuhkan dominasi pabrikan Ferrari di tanah Eropa. Berkat Ken Miles, Ford yang disebut Enzo Ferrari sebagai mobil tak berkelas, berhasil naik kelas. 

Tak cuma tokoh Ken Miles, film Ford v Ferrari juga menghadirkan banyak tokoh otomotif. Nama mereka harum tercatat sebagai peletak kemajuan industri otomotif dunia. Sebut saja Carroll Shelby, awalnya pebalap yang juga pedagang mobil, kemudian sukses sebagai partner pabrikan Ford merancang mobil-mobil kencang Amerika, dikenal sebagai American muscle. Sebut saja Ford Mustang maupun Cobra. Ia diperbolehkan menjual mobil kencang tersebut dengan merek Shelby Mustang. Berkat Shelby juga, Amerika mampu hadir di balapan mobil di benua Eropa. Termasuk meruntuhkan dominasi Ferrari di akhir 1960-an.

Tokoh berikutnya tentu saja Lee Iacocca yang selalu ada di samping Hendry Ford II. Di film ini, Lee Iacocca belum memegang penuh kendali Ford. Itu sebabnya, suaranya sering kalah oleh Leo Beebe, sang wakil preesiden perusahaan. Beebe digambarkan sebagai antigon di Ford v Ferrari ini. Ulah Beebe pula mengakibatkan kemenangan Ford atas Ferrari tertunda. Lee Iacocca nantinya akan menggantikan posisi Beebe. Dan puncak karir Iacocca adalah menjadi presiden Ford Motor Company. Kisah keberhasilan Iacocca mengelola Ford dibukukan menjadi salah satu buku marketing terbaik. 

Tidak mudah menjadikan Ford v Ferrari sebagai film penuh emosi, sangat menyentuh dan benar-benar menggugah. Tidak mudah menjadikan film dunia otomotif sebagai film menarik dan enak dinikmati. Secara filmis, For v Ferrari jelas memanjakan mata dan telinga. Berkat teknologi audio bioskop, gelegar dan raungan mesing mobil ikut membangun emosi penonton. Termasuk sudut pengambilan gambar, saat balapan. Mobil-mobil di lintasan balapan, begitu menghibur. Selain kekaguman menyaksikan eksotika mobil balap klasik Ford maupun Ferrari. 

Ford v Ferrari pada akhirnya bukanlah film biografi semata. Ia begitu kaya akan informasi yang mampu membangkitkan emosi penontonnya. Bahwa balapan mobil juga bukan sekedar sajian persaingan di atas lintasan. Kecepatan dalam mengambil keputusan di lintasan, seperti metafora dalam hidup. Termasuk pilihan-pilihan yang dilakukan seorang racer saat berada di lintasan. Memacu adrenalin kemenangan atau meredam ego demi team order. Kecurangan, kebohongan, ketidakjujuran, di atas lintasan balap, bisa menjadi kemenangan. Kejujuran, mau mengalah, sisi manusiawi, bisa dibayar sebagai harga kekalahan. Ken Miles hanya bisa menelan ludah, ketika ia dibohongi atas nama team order ini. 

Meski kalah, Ken Miles dianggap berjasa bagi pengembangan produk Ford Ken Miles pula yang meruntuhkan dominasi Ferrari di daratan Eropa. Henry Ford, jelas tak memberi pujian pada Ken Miles. Tapi justru Enzo Ferrari yang melakukan penghormatan tersebut. 

Dengan sejumlah kelebihan dan sebagai film yang sangat menghibur, Ford v Ferrari layak menjadi film box office. Selama dua minggu, mampu mengoleksi 144 juta USD, disbanding modal produksi sebesar 90an juta USD, menjadikan Ford v Ferrari masih bisa merangkak hingga mengoleksi 200 juta USD. Ford belum edar di wilayah China daratan yang mampu mengoleksi seperempat hingga sepertiga penjualan domestic di Amerika Utara.

(Sinemata/ AMI)

Sutradara: James Mangold

Pemain: 

Matt Damon (Carroll Shelby), Christian Bale (Ken Miles), Jon Bernthal (Lee Iacocca), Caitriona Balfe (istri Ken Miles), Tracy Letts Henry Ford II), Josh Lucas (Leo Beebe)

Tags