Central Intelligence: Stereotipe Aksi Agen Rahasia Yang Diburu
PERTAMA menyaksikan trailer Central Intelligence, sudah pasti jualannya adalah drama komedi kriminal. Plus latar agen rahasia sebagai bumbu cerita, menjadikan film ini mirip-mirip yang diperani Dwight ‘The Rock’ Johnson. Sebut saja misalnya, Rundown, Get Smart, Snitch, Pain & Gain. Atau gaya-gaya duo jagoan dalam cerita kriminal seperti 2 Guns, 21 Jump Street, Rush Hour, Let’s Be Cops, The Other Guys. Central Intelligence tak jauh-jauh amat dari stereotipe film-film tersebut.
Central Intelligence termasuk menarik dalam mengelola kelucuan dan gaya-gaya comel tokoh di film yang kerap annoying. Lumayan proporsional. Aksen New Yorker yang celometan diucapkan aktor kulit hitam, tidak over-dosis. Kalau pun dianggap sebagai kekurangan, justru peran Dwayne Johnson sebagai Bob Stone – agen rahasia yang diburu atasannya – kurang greget!
Bahwa memang The Rock identik sebagai aktor laga yang minim dialog. Dan penampilannya merupakan stereotipe bintang-bintang laga berotot. Kepiawaian mereka ya beradegan adu jotos bukan akting dramatis yang mampu membetot empati penonton. Scene pertemuan antara Kevin Hart dan The Rock setelah 20 tahun lulus SMU, tak meninggalkan kesan apapun. Padahal, kalau melihat peristiwa bullying yang menimpa Bob Stone (The Rock) dan Kevin sebagai penolong, mestinya bisa lebih dramatis dan mengharu biru. Ini juga semestinya menjadi bagian dari chemistry Johnson dan Hart. Nyatanya, hasilnya datar saja.
Memang masih banyak adegan-adegan yang memperlihatkan kerja sama yang baik antara Johnson dan Hart. Begitu juga lawakan keduanya, yang secara verbal juga lucu. Pun slapstick dan guyonan a la srimulatan kerap memancing tawa penonton sepanjang film. Tapi sekali lagi, bahwa Central tidak menjual ide baru atau menawarkan tema unik dari film drama komedi kriminal, karena memang lemah di struktur cerita.
Seorang siswa bernama Robbie mengalami bullying paling mengerikan dalam hidupnya. Saat perpisahan sekolah, Robbie ditelanjangi dan dilempar ke tengah lapangan basket. Tubuh gembrotnya menjadi tertawaan seluruh temannya. Kecuali Calvin Joyner yang dijuluki Golden Jet, julukan yang diterima untuk lulusan terbaik, siswa paling berprestasi dan calon pemimpin masa depan. Hidupnya bakal makmur. Calvin berikan jaketnya untuk menutup tubuh Robbie.
Dua puluh tahun kemudian, Calvin tengah gundah dengan kariernya. Ia hanya seorang akuntan, bukan pemimpin yang digadang sukses selepas SMA. Bahkan untuk dapat promosi jabatan pun, Calvin kalah dari yuniornya. Karena itu, Calvin bimbang hadir ke acara reuni SMA. Ia justru memilih bertemu Bob Stone. Lelaki yang ingin bersahabat lewat facabook dan mengaku sebagai sesama alumni. Calvin terkejuta melihat penampilan fisik Bob Stone yang dulunya bernama Robbie, korban bullying semasa SMA.
Calvin lebih terkejut lagi melihat aksi Bob Stone. Sekali gebrak empat orang langsung teler dihajarnya. Bob Stone pula yang membawa Calvin pada petualangan yang tak pernah terpikirkan dalam hidupnya. Dan taruhannya memang nyawanya.
Center Intelligence menjadi stereotipe petualangan agen rahasia bersama lelaki biasa dan bukan siapa-siapa. Lalu menjadikannya sebagai hero. Satu kemasan yang biasa dilakukan Hollywood. Namun, Center menjadi menarik karena chemistry antara Dwayne Johnson dan Kevin Hart begitu terukur. Begitu juga sepertiga terakhir dari film, menjadi bagian klimaks yang menarik dan menghibur.
(Sinemata/*)
Pemain: Dwayne Johnson (Bob Stone), Kevin Hart (Calvin Joyner), Amy Ryan (Agent Pamela Harris), Danielle Nicolet (Maggie Joyner), Aaron Paul (Phil), Ryan Hansen (Steve)
Sutradara: Rawson Marshall Thurber