Morgan: Manusia Hibrida Yang Mengewakan Pembuatnya
MORGAN film thriller fiksi ilmiah karya sutradara debutan Luke Scott gagal meraih box office sejak awal peredarannya. Konon, digadang-gadang mengalahkan popularitas Lucy karya Luc Besson yang dibintangi Scarlett Johansson, ternyata jauh dari harapan. Apalagi dalam urusan penjualan, Morgan tak terlalu menggembirakan.
Banyak kelemahan Morgan. Lemahnya cerita dianggap sebagai biang kegagalan. Berikut adalah buruknya menciptakan karakter jagoan yang bikin jatuh hati. Tokoh Morgan malah bikin sebel penonton, untuk tidak menyebut ‘tak simpatik’. Karakter Morgan seolah menjadi antitesa sosok jagoan yang diinginkan penonton. Berikutnya yang dianggap menjadi faktor kegagalan film Morgan adalah minimnya adegan menghibur. Sepanjang film, tonalitas cenderung muram dan kelam.
Berikutnya, tentu saja buruknya dialog dalam film. Dialog yang tak bernas menjadikan film membosankan. Perhatikan saja dialog para ilmuwan di ruang isolasi Morgan. Kehadiran Lee Weathers di rumah isolasi yang miskin dialog. Termasuk Morgan sendiri yang tak menampilkan sosok Artificial Intellegence, bagian kepintaran dari manusia hibrida.
Tokoh Morgan tak mampu membuat penonton jatuh hati. Bagian ketika Morgan harus membunuh kuda yang sekarat pun membuat antipati penonton. Alih-alih penonton berharap ada bagian yang menjadikan Morgan layak dibela, nyatanya malah sebaliknya.
Kalaupun Morgan bukan protagonis di film ini, penonton masih bisa berharap pada sosok konsultan keamanan Lee Weathers. Nyatanya, Lee juga tak memberi ruang empati pada penonton. Jadilah, Morgan sebagai film yang gagal ‘menyenangkan’ hati penonton. Alih-alih menghibur.
Dikisahkan perjalanan Lee Weathers sebagai konsultan keamanan perusahaan riset manusia hibrida, memeriksa rumah riset. Perusahaan menginginkan Morgan, disebut sebagai model L9, bisa menyempurnakan karya cipta Tuhan. Manusia buatan yang punya banyak keunggulan. Morgan mengalami kegagalan dalam memahami emosi manusia, Morgan yang baru berumur lima tahun tak mampu beradaptasi. Yang terpenting, harapan memiliki ciptaan manusia dengan kecerdasan buatan untuk sementara harus diisolasi.
Puncaknya adalah Morgan tak mau tunduk pada perintah tuannya. Ia bahkan membunuh seluruh penghuni rumah riset. Morgan melarikan diri bersama dokter Amy yang menjanjikan pemandangan danau di sekitar rumah isolasi seindah surge. Lee Weathers dan Skip Vronsky, tukang masak rumah isolasi, memburu Morgan.
Lee berhasil membunuh Morgan, juga membunuh Amy. Tak lama kemudian, Lee juga membunuh Skip. Riset manusia hibrida dianggap gagal melahirkan produk sesuai harapan, Tapi riset tak harus dihentikan. Diam-diam, perusahaan memilih mengembangkan produk manusia hibrida berkode L4. L4 ini tak lain adalah Lee Weathers.
Barangkali kejutan akhir inilah yang ingin ditawarkan pembuat film. Tapi tetap saja, penonton telanjur kecewa selama 92 menit tak bisa menikmati film yang menghibur.
(Sinemata/*)
Pemain:
Kate Mara (Lee Weathers), Anya Taylor-Joy (Morgan), Toby Jones (Dr Simon Ziegler), Rose Leslie (Dr Amy Menser), Boyd Holbrook (Skip Vronsky), Michelle Yeoh (Dr Lui Cheng), Jennifer Jason Leigh (Dr Kathy Grieff), Paul Giamatti (Dr Alan Shapiro)
Sutradara: Luke Scott