Great Wall: Tuntutan Kolosal, Artifisial Dan Komersial di Perfilman China
MEMADUKAN legenda China tentang kokohnya tembok raksasa, juga daya tangkalnya menghadapi serbuan pasukan Mongol. Di bumbui gaya dramatis – untuk tak menyebut berlebihan – selera Hollywood, jadilah Great Wall. Zhang Yimou, salah satu sutradara terbaik China, dipercaya untuk mengolah cerita legenda tembok raksasa yang telah berdiri ratusan tahun ini.
Tembok raksasa China dibuat ribuan kilometer untuk menangkal serbuan bangsa Mongol dari utara. Awalnya berhasil. Tapi pada akhirnya China jatuh juga pada kekuasaan pasukan utara yang mendirikan dinasti Yuan. Kurang lebih legenda ini yang ingin dikisahkan dalam Great Wall dengan mengganti pasukan musuh dengan Tao Tei, hewan mirip kadal berwarna hijau yang dipercaya memangsa manusia sebagai penambah kekuatan mereka. Mereka juga termasuk hewan kutukan.
Great Wall biar bisa diterima penonton Hollywood pun harus melibatkan pemain mereka, Matt Damon salah satunya. Begitu juga urusan kekolosalan, adegan-adegan dramatis dan teknologi komputer grafis, benar-benar berselera Hollywood. Setidaknya dirunut dari cerita perdagangan jalur sutra dari barat ke timur, pengetahuan tentang temuan serbuk hitam (bubuk mesiu) yang menjadi cikal-bakal bom. Juga balon udara, menjadi daya pikat Great Wall saat rilis China.
Karena memang demi memanjakan penontonnya, daratan China memperoleh kesempatan rilis terlebih dahulu di tanggal 16 Desember 2016 lalu. Dan hasilnya sudah bisa diduga, potensial box office pun lebih mudah diraih. Dengan bujet produksi 150 juta dolar, Great Wall sudah meraup 180 juta dolar (Rp 2,3 triliun) untuk daratan China dan beberapa negara. Sementara di Amerika sendiri, Universal menjadwalkan rilisnya pada tanggal 17 Februari 2017.
Great Wall menjadi salah satu bukti bahwa pasar penjualan film terbesar di luar Amerika adalah China. Fokus pemasaran Hollywood kini adalah China, dengan jumlah layar bioskop mencapai 42 ribu – per Januari 2017 – China telah mengalahkan kepemilikian jumlah layar bioskop dibanding Amerika. Kini setiap kali Hollywood memproduksi film, selalu menyisipkan unsur-unsur yang disukai penonton China. Mulai dari lokasi syuting, creator, sutradara, cerita, karakter tokoh, hingga pemain. Tanpa unsur-unsur ini jangan harap bisa meraih box office di China daratan. Great Wall sudah membuktikannya.
Great Wall bercerita tentang pasukan penjaga tembok raksasa yang dikenal sebagai Ordo Tanpa Nama. Selama berates tahun pasukan ini menjaga tembok raksasa agar tak ditembus Tao Tei, pasukan kadal hijau yang bangkit tiap 60 tahun sekali ingin memusnahkan manusia. Apabila tembok raksasa berhasil ditembus dan mereka menguasai istana kaisar, umat manusia pun terancam hidupnya.
Dua orang pasukan bayaran yang selamat dari kejaran bangsa barbar, William dan Tovar, menjadi tahanan pasukan Ordo Tanpa Nama. Petualangan mereka sampai China untuk mencuri serbuk hitam (mesiu). Kiebetulan Tovar di kegelapan malam berhasil memotong tangan Tao Tei. Penasihat pasukan Tanpa Nama menyebut batu magnit yang dibawa Tovar membantu mengalahkan Tao Tei. Batu Magnit itu juga yang memutus komunikasi dengan ratu Tao Tei sebagai pemegang kendali penyerbuan tembok raksasa dan istana kaisar.
Great Wall terlalu rapi, begitu artifisial, termasuk kurang natural dalam menjual kekolosalan di banyak adegan. Animasi komputer juga terlalu memudahkan adegan pertempuran. Malah mengiranya tokoh seperti jenderal Lin Mei adalah sosok yang dihidupkan dari komputer grafis 3D. Great Wall juga terlalu dramatik setiap kali menampilkan adegan pertempuran. Mulai dari gunting yang keluar dari dinding tembok raksasa, barisan pasukan yang begitu sempurna gerakan maupun seragamnya. Hingga Tao Tei sendiri saat mengerubungi istana kaisar. Begitulah Hollywood.
Zhang Yimou memang dikenal sebagai sutradara jempolan sejak pertama menghasilkan film Red Sorgum, Ju Dou, Raise The Red Lantern maupun The Story of Qiu Ju. Kesemuanya sangat humanis dan menjadi drama film yang sangat kuat menyampaikan pesan. Berikutnya, Yimou sukses dengan film-film komersial kolosal seperti Hero, House of Flying Dagger hingga Curse of Golden Flower. Film-film tersebut menandai karier Zhang Yimou lebih berkompromi pada selera pasar. Termasuk Great Wall ini yang terbaru.
(Sinemata/ *)
Sutradara: Zhang Yimou
Pemain: Matt Damon (WilliaM Garin), Pedro Pascal (Tovar), Willem Dafoe (Barnard), Tian Jing (Komandan Lin Mei), Andy Lau (Penasihat Wang), Eddie Peng (Numan Acar), Lu Han (Han Lu)