Life: Teror Makhluk Bersel Satu
LIFE menjadi film kesekian kalinya yang memperlihatkan bahwa di luar bumi ada kehidupan. Organisma satu sel sekalipun. Apakah kehidupan itu membahayakan eksistensi manusia? Life memilih mengiyakan pertanyaan tersebut.
Artinya, makhluk di luar manusia, keberadaan disangsi mampu memberi manfaat buat manusia. Buat ilmu pengetahuan memang membuka keajaiban semesta. Namun makhluk asing – Hollywood memposisikan mereka sebagai makhluk berbahaya. Meskipun dicoba untuk mereduksi ancaman dengan menyebut sebagai keinginan makhluk tersebut mempertahankan hidup.
Life juga membawa pesan bahwa pintu pengetahuan bisa seperti pisau bermata dua. Bisa memberi manfaat atau malah melukai. Life juga mempertegas fakta bahwa diperlukan pengorbanan – juga kematian – untuk menemukan sesuatu yang baru dan luar biasa.
Life seperti awal kehidupan. Berawal dari sel tunggal sebelum menjadi makhluk dengan naluri bertahan. Bila perlu dengan membunuh. Bahwa pada akhirnya seleksi alam akan menentukan kemampuan bertahan, yang unggul yang bertahan. So, siapa yang mampu bertahan, saksikan Life yang dbintangi Jake Gyllenhaal, Rebecca Ferguson, Ryan Reynolds, Hiroyuki Sanada, Ariyon Bakare, Olga Dihovichnaya.
Dari sisi cerita tidak ada yang baru, tapi menarik sebagai sebuah gagasan film fiksi ilmiah penuh ketegangan. Life juga tidak menawarkan rangkaian teror yang baru, namun tetap mencekam. Begitu juga ending cerita yang mengecoh, sebenarnya cukup mendongkrak daya jual Life. Sayang, peredaran internasional Life belum menghasilkan pemasukan yang luar biasa.
Life berkisah tentang enam awak stasiun angkasa internasional, David Jordan, Miranda North, Rory Adams, Sho Murakami, Hugh Derry, dan Katerina Golovkina. Mereka berhasil membawa sampel tanah daratan Mars. Misi ini percaya bahwa ada kehidupan di planet Mars, meski itu hanya satu sel. Hugh berhasil menemukan makhluk bersel satu. Untuk menghidupkannya, ia berikan asupan unsur-unsur kehidupan, hydrogen, nitrogen, oksigen plus gula.
Kebahagiaan Hugh dan seluruh bumi membuncah ketika sel membelah diri dengan cepat. Mereka menyebut makhluk baru tersebut dengan nama Calvin. Calvin terus membelah diri. Seperti makhluk hidup Calvin membutuhkan asupan. Hugh jadi korbannya.
Kebahagiaan awak stasiun luar angkasa pun berubah menjadi teror mematikan. Calvin butuh konsumsi makanan dan bertahan hidup. Hugh sempat menjelaskan terorinya, bahwa seperti makhluk hidup, ia butuh makan, udara dan daya hidup lainnya. Termasuk memiliki naluri membunuh apabila kebutuhannya tak terpenuhi.
Kengerian Life dibangun dari teror Calvin ini. Dan seperti galibnya horor fiksi ilmiah, harus ada cara mengakhiri teror makhluk yang awalnya satu sel ini. Cuma ending mengejutkan menjadi tawaran sutradara kelahiran Swedia, Daniel Espinosa, kepada penontonnya.
(Sinemata/ *)