Festival Film Cannes 2017: Akui Kebangkitan Film Indonesia
Tak disangka perfilman Indonesia yang sempat mati suri di era tahun 90-an, kini boleh berbangga karena sedang mendapat perhatian dunia. Tepatnya di ajang bergengsi Cannes Film Festival (CFF) 2017. Kritikus film-film Asia, Maggie Lee, menuliskan pujian setelah melihat fakta produksi film Indonesia yang mengalami peningkatan baik kuantitas maupun kualitas produksi. Artikel berikut dimuat laman Variety edisi 21 Mei kemarin.
Kebangiktan sinematik yang terbesar dimulai tahun 2000an, ketika roman remaja Rudy Soedjarwo tahun 2002 "Apa ada dengan cinta?" mengguncang pasar Asia Tenggara. Di tahun yang sama film Riri Riza "Eliana Eliana" juga tampil mengejutkan di banyak festival.
Di September 2016, film “Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 1", remake dari film-film klasik Warkop DKI itu menjadi film Indonesia terlaris sepanjang masa dengan 6,8 juta penonton. Sedangkan Sedangkan di tahun 2017 ada film horor "Danur" yang (sementara) menjadi film terlaris dengan 2,7 juta penonton lebih. Menurut jaringan bioskop CGV blitz, pemutaran film Indonesia naik pesat dari 5 persen menjadi 23 persen di tahun lalu.
Sejumlah sineas Indonesia pun dipuji oleh Maggie, seperti Joko Anwar, Ifa Isfansyah, Lucky Kuswandi, Teddy Soeriaatmadja, dan sutradara pendatang baru seperti Eddie Cahyono dan Yosep Anggi Noen lewat film hitam-putih Sri dan biopict Widji Tukul: Solo Solitude.
Film yang disutradarai oleh Mouly Surya, Marlina the Murderer in Four Acts (Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak), diputar di Cannes Film Festival 2017. Karya Mouly sebelumnya, What They Don’t Talk About When They Talk About Love juga pernah diputar di Sundance Film Festival 2013.
Yang istimewa, Marlina the Murderer in Four Acts (Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak) mendapat sokongan dari sejumlah rumah produksi dan lembaga. Selain Yayasan Cinemas du Monde dan Kementerian Komunikasi dan Kebudayaan serta Kementerian Luar Negeri Perancis, belakangan Astro asal Malaysia, Hooq dari Singapura, dan Purin Pictures dari Thailand, juga ikut memberikan dukungannya.
Mouly Surya menempuh pendidikan di Australia dan sangat mengagumi karya-karya Stanley Kubrick, Michael Haneke, Abbas Kiarostami, Garin Nugroho dan Sjumandjaja. Yang paling ditunggu tentunya rilis film Marlina yang mengambil lokasi syuting di Sumba.
Film yang dibintangi Marsha Timothy ini menampilkan sosok wanita yang berkarakter kuat dan mandiri. Sebelum dirilis di Indonesia, Marlina berkeliling dari festival ke festival terlebih dahulu, sebelum dijadwalkan rilis di Indonesia tahun 2018. Lumayan lama juga ya nunggunya?