The Lost City of Z: Egoisme Laki-laki dalam Semangat Penjelajahan

The Lost City of Z: Egoisme Laki-laki dalam Semangat Penjelajahan

Petualangan, rasa ingin tahu, pengakuan, dan semangat kejayaan masih mewarnai kehidupan para penjelajah di awal abad ke-20. Para pionir ini begitu terobsesi menemukan daerah baru. Perjalanan Percy Fawcett menjadi begitu epik di film The Lost City of Z.

Ketika Amerika Selatan masih banyak memiliki wilayah tak bertuan dan dianggap menyimpan banyak misteri, menantang untuk ditaklukkan. Tidak sekadar menghidupkan semangat glory, gospel, gold, tapi bersaing menjadi penemu pertama, sangat diidamkan banyak penjelajah yang dibiayai negara. Maka bersainglah negara-negara dengan tradisi penaklukkan mengirim tim ekspedisi mereka.

Percy Fawcett seorang tentara, ditugaskan ke Bolivia demi menyelesaikan sengketa perbatasan. Inggris berkepentingan dengan garis batas wilayah. Ini mengingat kebutuhan kopi dan hasil alam lainnya dipasok dari wilayah pedalaman Amerika Selatan. Celakanya, dalam peta yang ada, mengharuskan Percy masuk jauh ke wilayah pedalaman Bolivia. Batas wilayah itu ada di mata air berupa air terjun.

Tantangan yang dihadapi Percy dan tim ekspedisinya bukan saja alam dan buta lokasi, tapi suku-suku primitif yang masih kanibal dan memakan bangkai manusia. Percy Fawcett bersama pengawalnya Henry Costin, melakukan penjelajahan ke jantung pedalaman Amazon.  

Penjelajahan Percy pun membawa hasil. Ia temukan mata air dan air terjun. Keberhasilan Percy pun menyebar sebagai cerita yang mengharumkan Inggris. Royal Geographical Society (RGS), mengakui keberhasilan Percy dan mempersiapkan perjalanan berikutnya mencari peninggalan-peninggalan kuno. Termasuk cerita ‘kota yang hilang’. Konon cerita kota yang hilang ini menyisakan cerita tentang emas yang melapisi kuil-kuil suku pedalaman ini.

Bagi Percy, penjelajahan ke daerah baru sudah seperti candu. Ia begitu terobsesi menemukan kota yang hilang. Ada semacam impian yang harus diwujudkan. Ibaratnya, mati dalam penjelajahan sebagai pioneer rasanya lebih terhormat.

Kisah perjalanan Percy Fawcett ini dibukukan David Grann dengan judul seperti filmnya. Sebagai sebuah ide dan kemasan, The Lost City sangat menarik. Cerita egoisme laki-laki mempertahankan eksistensi dan kehormatannya menjadi daya pikat. Pembuat berharap pengalaman Percy, juga dialami banyak penonton film ini. Apalagi kalau Percy punya keyakinan keberhasilannya akan memperbaiki nama baik keluarganya.

The Lost City banyak disanjung sebagai film biografi petualangan dengan spirit yang luar biasa menginspirasi. Bahkan pujian terhadap cerita dan kemampuan sutradara mengeksplorasi setiap peristiwa menjadi momen menarik, sangatlah beralasan. Namun mengemas The Lost City of Z dengan durasi 140an menit dibutuhkan sekuen cerita yang intens memikat penonton. Dan The Lost City beberapa kali kehilangan intensitas dramatik perjalanan Percy Fawcett.

Begitu banyak bagian film yang tidak membuat penonton ‘betah dan nyaman’ mengikuti petualangan yang berakhir pahit ini.Pun tidaklah nyaman mengikuti drama kerumitan rumah tangga Percy. Percy dianggap oleh si anak sulung, Jack Fawcett, sebagai bapak yang tak bertanggung jawab. Begitu juga akal sehat sang istri yang menganggap keputusan Percy memilih bertualang sebagai bentuk eskapisme dari tanggung jawab. Atau obsesi Percy adalah bentuk ego paling umum dijumpai dari laki-laki. Bukankah lebih memabukkan disanjung, daripada menyandang nama buruk keluarga. Bagian-bagian dramatik ini mestinya sangat emosional, atau bahkan menjadikan penonton berempati. Nyatanya, datar saja adegan yang dihadirkan sutradara James Gray.

Menjadi tidak nyaman juga bagi penonton menyaksikan ending cerita yang dianggap tragis. Padahal ekspektasi penonton adalah sebuah klimaks dari buah perjuangan. Alih-alih demikian,  Percy Fawcett hanya diwakili kembalinya kompas ke pimpinan Royal Geographical Society. Sebelumnya Percy sempat mengatakan, bahwa apabila kompasnya diterima, berarti ia sudah menemukan kota hilang tersebut.

Apakah ending cerita seperti ini menarik? Nyatanya The Lost City jeblok dalam peredaran.

(Sinemata/ *)  

Sutradara: James Gray

Pemain:   Charlie Hunnam (Percy Fawcett), Robert Pattinson (Kopral Henry Costin), Sienna Miller (Nina Fawcett), Tom Holland (Jack Fawcett), Angus Macfadyen (James Murray)  

Tags