IT : Teror Sang Badut untuk Anak-anak Penakut
KEPIAWAIAN Stephen King selain super-produktif menghasilkan karya-karya tulis, adalah kemampuannya menciptakan fiksional dipercaya sebagai realita. Dan kemampuannya mengaitkan sisi fiktif, menghasilkan banyak cerita dan asal usul. Film It salah satunya.
Kota Derry, di Maine, misalnya. Merupakan kota fiktif yang dihidupkan Stephen King dalam karya-karyanya. Jalan Neibolt nomor 29 merupakan letak sumur dan rumah terbakar yang dihuni si badut pembunuh anak-anak. Kota Derry juga hadir di film-film seperti The Body, Insomnia, Dreamcatcher, The Running Man, Pet Sematary, The Night Flier, Needful Things, dan masih banyak latar cerita novel lain. Tidak terkecuali It yang diangkat dua kali menjadi film layar lebar dan mini seri.
Uniknya lagi, Stephen King juga menciptakan sudut-sudut kota, atau wilayah yang ia namai sendiri. Dan juga hadir di beberapa novel-novelnya. Selain jalan Neibilt, masih ada The Barrens, The Canals, Derry Civic Center, The Standpipe, dan banyak lagi, menjadi nama-nama yang kerap berulang di novel-novel King. Tidak terkecuali di film It terbaru ini.
Bagi pecinta novel horor, supranatural, fiksi, suspens, fiksi ilmiah, fantasi, Stephen King berhasil memenuhi hasrat mereka dan melambungkan imajinasi pembacanya. Dari begitu banyak karya, King memang pantas disebut sebagai raja novel horor. Penghargaan karya penulisan pun diterima dari untuk jenis karya novel horor. Begitu banyak novel horor-nya yang diangkat ke layar film dan menasbihkan King juga sebagai raja cerita film horor. It merupakan karya novel horor yang mencekam.
Membaca novel It, jauh lebih imajinatif dibanding nonton film-nya. Rangkaian cerita yang ditulis King mampu menyesap rasa takut pembacanya. Namun berkurang nilai keseraman manakala visual hadir membawakan kisah teror si badut sirkus. Menyaksikan It juga tidak semencekam membaca novelnya. Apalagi secara visual, seseram-seramnya badut jauh kalah seram dibanding kehadiran hantu, iblis, setan atau roh jahat. Ini yang membuat film It mengalami degradasi dalam menakuti penontonnya.
Stephen King memang lebih menyukai realita teror perbuatan manusia sakit jiwa, psikopat, atau makhluk tak kasat mata. Bisa juga tukang teror di film-film King adalah representasi dari ketakutan itu sendiri. Dan Stephen King termasuk penderita rasa takut yang akut. Bisa jadi tokoh anak-anak yang diteror badut merupakan ungkapan hati King yang dihantui rasa takut berlebihan tersebut.
It bercerita tentang teror di kota Derry, Maine. Korbannya kebanyakan anak-anak. Tapi pernah pada suatu masa, korbannya tak mengenal usia. Teror kematian dan hilangnya anak-anak ini berulang tiap 27 tahun. Itu sebabnya, Derry disebut sebagai kota yang terkena kutukan. Ben Hanscom, si gendut dari kumpulan sang pecundang, melakukan pengamatan dari buku dan literatur yang dibacanya. Ben juga paham sejarah rumah di jalan Naibolt nomor 29, termasuk sumur yang berfungsi sebagai muara dari kanal-kanal di kota Derry.
Selain Ben Hanscom, kelompok pecundang terdiri dari Bill Denbrough, Beverly Marsh, Ritchie Tozier, Stan Uris, Eddie Kaspbrak. Mereka selalu jadi bulan-bulanan kelompok Henry Bower. Teror Pennywise the Dancing Clown juga menjadi ketakutan tersendiri. Pada satu titik kesadaran dan rasa takut yang luar biasa, kelompok pecundang ini pun berontak. Termasuk melawan Henry Bower, dan badut si tukang teror. Mereka berenam – Beverly satu-satunya perempuan – pun memberanikan diri melawan rasa takut. Konsekuensinya kalau tidak terbunuh, lenyap dimangsa sang badut, atau mereka mampu mengatasi teror. Selain teror tak nyata, anak-anak ini pun menghadapi teror lingkungan. Selain risakan dari Henry Bowers, orangtua mereka merupakan sumber masalah. Eddie yang dicekoki obat-obatan supaya tidak jauh dari ibunya. Beverly yang menjadi korban kebejatan bapaknya, Bill Denbrough yang merasa terus bersalah setelah sang adik hilang. Relasi Bill dan bapaknya juga berantakan. Tidak terkecuali Stan yang harus menghafal Taurat sebelum merasayakan kedewasaannya, Bar Mtsvah.
It bukan menjadi tontonan seseram yang digembar-gemborkan media karena memang penonton sekarang lebih realistis dan kritis. Begitu terdapat adegan yang dianggap tidak masuk akal dan merasa dibodohi, proteslah mereka. Penonton seperti ini sangat kuat mempengaruhi calon penonton.
So, apabila pembuat film horor gagal membuat jump scare atau menakuti penonton, sebaiknya tidak usah membuat film horor. Kalau tetap memaksakan, makin membuat penonton imun.
Silakan, sebutkan adegan menakutkan, minimal menegangkan dari film It?
(Sinemata/*)
Sutradara: Andy Muschietti