Pasar Film China (1): Berkah bagi Film Domestik, Godaan untuk Pelaku Perfilman Asing
PASAR perfilman Cina menyimpan potensi besar. Jumlah layar yang terus bertambah sejak 2012, sekitar 19 layar per hari. Ditambah dengan daya beli dan kebutuhan hiburan yang meningkat membuat para pelaku industri film mengalami eforia kemajuan industri perfilman.
Tahun 2013, jumlah layar di daratan China sekitar 18.195 layar dan bertambah pada 2014 menjadi 23.600 layar, dan tahun 2015 menjadi 31.627 layar. Hingga awal 2018, jumlah teater di Cina mencapai 9.965 lokasi dan memiliki 54.165 layar.
Jumlah layar yang lebih dari 54 ribu layar ini jauh melebihi target pelaku industri. Mereka memprediksi aka nada 50 ribu layar ini di tahun 2019. Jumlah layar di daratan China melebihi prediksi. Angka ini juga sudah mengalahkan jumlah layar bioskop di Amerika Serikat sebanyak 45an ribu layar. Namun rasio layar dan jumlah penduduk, perbioskopan China masih kalah dan dianggap belum ideal. Ada sekitar 23 layar yang tersedia untuk per sejuta orang di China. Bandingkan dengan rasio jumlah layar dan warganya yang 125 per sejuta orang. Rasa optimis dilontarkan pelaku industri perfilman China, bahwa masih akan terjadi penambahan layar dalam jumlah besar.
Sampai triwulan pertama tahun 2018, tercatat nilai penjualan tiket film di China sudah mencapai Rp 43 triliun. Bandingkan dengan total pendapatan sepanjang tahun 2016 yang mencapai 60 triliun.
Uniknya, pendapatan dari industri yang besar ini didukung oleh pencapaian penjualan film-film China, atau film lokal mereka. Sebut saja penghasilan yang diraih film-film berikut: “Operation Red Sea” ($574 juta – setara Rp 7,7 triliun), “Detective Chinatown 2” ($541 juta – setara Rp 7,3 triliun), dan “Monster Hunt 2” ($356 juta –setara Rp 4,8 triliun). Dan film-film berkelas mega-box office terus bermunculan. Mengingat konsumsi hiburan film di China juga dominan.
Hasil pendapatan dari penjualan tiket terus membesar seiring membesarnya jumlah kelas menengah di China. Dibangunnya teater di kota-kota non-metropolitan, semakin memudahkan akses bagi penonton. Kanal hiburan berlangganan, seperti Youtube, juga mendukung konsumsi film. Melalui ponsel pintar, kini akses film-film terbaru semakin mudah.
So, melihat besarnya pasar penonton di daratan China, sudah waktunya ekshibisi, market dan penjualan film-film sudah saatnya berpindah kiblat. Kalau peredaran dan distribusi film di wilayah Amerika masih banyak kendala dan rumit. Begitu juga untuk peredaran internasional di wilayah Eropa tidak menjanjikan jumlah penonton yang besar, kenapa tidak dialihkan ke wilayah daratan China? Pasar film yang menjanjikan dan sepertinya lebih mudah menggandeng mereka dibanding bertahun-tahun menjadi pasar para distributor raksasa Hollywood. Bisa?
*Dari berbagai sumber
(Sinemata/ ANH)