Hotel Mumbai: Dijamin Muak terhadap Teroris Sekeluar Bioskop
TEROR menjadi pesan kuat yang ingin disampaikan pembuat film Hotel Mumbai. Kengerian, kesadisan di luar batas kemanusiaan, rasa takut diharapkan sampai pada gugatan penonton terhadap terorisme. Sepertinya berhasil, namun ada sisi lain yang dikorbankan dan menjadikan Hotel Mumbai kurang impresif.
Korban sebanyak 160an jiwa yang diberondong seenaknya oleh kawanan teroris di kawasan umum kota Mumbai, menjadi tontonan kengerian. Begitu mudahnya senapan menyalak di tengah kerumunan padatnya stasiun, ramainya jalanan, riuhnya pasar. Wajar begitu banyak korban jiwa berjatuhan.
Ketika kawanan teroris masuk Hotel Taj Mahal di kota Mumbai, pun sama kondisinya. Tamu hotel yang jumlahnya seribuan orang, dengan mudah menjadi sasaran kelompok teroris sebanyak 10 orang itu. Tiap kamar mereka gedor, tiap saat pula korban terus bertambah. Penyanderaan dan pembunuhan yang terjadi di Hotel Taj Mahal menjadi tragedi kemanusiaan paling memilukan di tahun 2008.
Film Hotel Mumbai juga dibuat dengan harapan bahwa kekejian dan kebiadaban yang dipertontonkan akan mendorong perlawanan terhadap teror-teror kemanusiaan yang terjadi. Penonton layak memahami bahwa teroris adalah musuh bersama. Semua agama, semua bangsa, semua warga harus melawannya. Pesan ini yang ingin disampaikan salah satu penulis skenario dan sutradara Anthony Maras.
Lewat tokoh Arjun, pembuat sekaligus ingin mengingatkan bahwa suratan itu sudah tertulis, benar adanya. Hanya karena sepatu, Arjun selamat dari kekejian kawanan teroris. Lewat tokoh Arjun pula, Hotel Mumbai punya hero. Satu ramuan yang dibutuhkan menjadikan film lebih komersial dan lebih menarik, lebih dramatik, lebih emosional. Meski tokoh-tokoh lain juga punya peran yang sama dalam membetot emosi penonton.
Begitu banyak adegan dramatik dan memilukan, termasuk rangkaian tragedi kemanusiaan, tapi rasanya masih ada yang kurang. Narasi Hotel Mumbai kurang impresif. Meskipun secara keseluruhan Hotel Mumbai layak dipuji dalam membangkitkan perlawanan terhadap terorisme. Keluar dari bioskop, dipastikan penonton bakal muak dengan tindakan teroris, intoleransi maupun radikalisme.
Pagi 28 November 2008, sepuluh teroris sayap teroris Pakistan membabi buta menembaki warga sipil di kota Mumbai yang padat. Teror juga terjadi jalanan Mumbai. Di kala semua pihak panik, para teroris ini menyusup ke hotel Taj Mahal. Teror sesungguhnya pun terjadi.
Arjun, staf hotel, hari itu ketinggalan sepatu kerjanya. Karena sepatu pula, Arjun selamat dari pembunuhan. Keberanian Arjun yang menyelamatkan banyak tamu hotel. Hermant Oberoi, atasan Arjun, berterima kasih pada anak buahnya yang semestinya diminta pulang. Tanpa Arjun, korban berondongan senapan teroris tentunya makin banyak.
Barangkali yang bikin gregetan dari Hotel Mumbai adalah lambatnya aparat India mengantisipasi dan melakukan penyelamatan. Lebih dari 12 jam sejak pendudukan Hotel Taj Mahal, pasukan India baru bisa turun tangan. Pertanyaan ini ada di kepala semua penonton. Bisa dipahami kejengkelan penonton, menanti penyelamatan pasukan anti-teror.
(Sinemata/ AMI)
Sutradara: Anthony Maras
Dev Patel (Arjun), Armie Hammer (David), Nazanin Boniadi (Zahra), Anupam Kher (chef Hemant Oberoi), Tilda Cobham-Hervey (nanny Sally), Jason Isaacs (Vasili), Alex Pinder (butler Jim), Amandeep Singh (Imran)