Ma: Dendam Masa Lalu Karena Malu
HATI-hati dengan dosa masa lalu. Mungkin balasan tidak dibayar kontan saat itu juga. Bisa saja dibayar kelak atau suatu hari nanti. Bisa menimpa pada keluarga, kerabat, atau orang-orang tersayang. Ma dibuat untuk mengingatkan mereka-mereka yang kerap melakukan bullying si lemah.
Tak sulit buat pembuat Ma meraup keuntungan besar. Hanya bermodal 6 juta USD dalam sebulan setelah dirilis, Ma menghasilkan 60 juta USD. Sepuluh kali lipat keuntungan. Penonton terkesan dengan visual dan promosi Ma. Perhatikan saja trailer Ma yang menarik. Kesan horor dan kengerian yang bakal ditebar melalui tag-line “Get Home Safe” menjadi daya pikat.
Latar poster dengan wajah datar Octavia Spencer, mengesankan kengerian tersendiri. Harapan penonton pun melambung bakal memperoleh sajian mencekam di dalam bioskop. Dan menikmati teror yang bikin adrenalin melonjak. Meskipun pada akhirnya banyak yang kecewa. Cerita Ma tak istimewa. Bahkan terlalu sederhana untuk sutradara sekelas Tate Taylor yang sukses dengan film drama anti-rasis seperti The Help. Atau Pretty Ugly People tentang satir pembelaan perempuan yang kerap jadi bahan olok-olok pemilik tubuh ideal.
Tate Taylor memang paham urusan pembelaan terhadap korban bullying. Tidak terkecuali Ma, kisah tentang balas dendam perempuan korban bullying yang dikemas sebagai horor-psycho. Sayang, (sekali lagi) Ma tak menawan dalam membangun cerita. Ma terasa lambat memenuhi harapan penonton. Mereka berharap teror hadir tanpa bertele-tele. Apalagi beberapa adegan teror terkesan tidak orisinal, sutradara lain pernah melakukannya.
Ma bercerita tentang Sue Ann yang membantu kawanan Maggie beli minuman keras. Mereka masih di bawah umur, tapi berkat Sue Ann, Maggie, Andy, Chaz, Darrell, Haley bisa menikmati pesta miras. Sue Ann bahkan menyediakan ruang bawah tanah (rubanah) rumahnya sebagai tempat pesta. Begitu baiknya Sue Ann, mereka memanggilnya sebagai Ma.
Pesta berulang, sebelum orangtua anak-anak ini marah dan menyalahlan Sue Ann. Mereka menuduh Sue Ann ingin merusak anak-anak mereka. Kisah masa lalu pun terbongkar. Ayah Andy, Ben Hawkins misalnya pernah mempermalukan Sue Ann. Begitu juga pacar ayah Andy, Mercedes, semasa SMA adalah biang keonaran. Tidak terkecuali ibu Maggie, Erica Thomson, yang satu almamater semua. Makin berkobarlah dendam Sue Ann terhadap mereka-mereka yang pernah menyakitinya. Anak-anak ini calon korbannya.
Tate Taylor tidak sepenuhnya gagal dalam mengemas Ma menjadi film drama teror. Setidaknya, ia terbantu kehadiran Octavia Spencer yang berperan sebagai Sue Ann atau Ma. Kerja sama mereka selama berpuluh tahun, di antaranya di dua film The Help maupun Pretty Ugly People, cukup menjadikan alasan Tate percaya karakter Sue Ann mampu memikat penonton. Nyatanya memang benar.
Octavia Spencer bisa dibilang yang menjadikan Ma menarik. Sangat jarang juga film psycho teror dengan pemeran utama kulit hitam, perempuan lagi. Octavia Spencer menjadi magnitud tersendiri di film Ma. Tate tentunya sadar dengan pemeran dari tokoh yang ingin ia hidupkan. Nyatanya memang berhasil. Salah satunya berkat kontribusi Octavia, pembuat film ini mampu mengisi pundi-pundi keuntungan film Ma, termasuk menjadikan film blockbuster
(Sinemata/ AMI)
Sutradara: Tate Taylor
Pemain:
Octavia Spencer (Sue Ann "Ma" Ellington), Diana Silvers (Maggie Thompson), Juliette Lewis (Erica Thompson), Luke Evans (Ben Hawkins), Corey Fogelmanis (Andy Hawkins), McKaley Miller (Haley), Gianni Paolo (Chaz), Dante Brown (Darrell), Missi Pyle (Mercedes)