Ready or Not: Siap Jadi Menantu Tangguh Hingga Subuh
MODAL sukses Ready or Not tak banyak. Mampu membuat penonton tercekat di kursi tempat duduk, tegang maksimal dan yah kasihlah bumbu komedi. Namun meramu menjadi adegan-adegan menarik, tentu tidaklah gampang.
Dari sisi cerita, Ready or Not termasuk unik. Kisah pernikahan menjadi bencana berkepanjangan saja sudah menarik untuk disaksikan. Satu paradoks kebahagiaan yang tiba-tiba berbalik menjadi detik-detik mematikan. Begitu juga impian malam pengantin, berubah menjadi ritual perburuan keluarga. Mempelai manapun tak akan pernah membayangkan peristiwa mengerikan setelah ikrar penuh kebahagiaan. Penggemar teror tentu menyukai model-model cerita bahagia yang berubah jadi teror mematikan.
Ready or Not sebenarnya juga sederhana dalam bertutur. Tak rumit memahami teror yang terjadi. Termasuk serangkaian pembunuhan yang terjadi sebelumnya. Pembuat Ready juga paham menyusun ketegangan. Meski bukan satu set-piece yang terangkai mencekam dan menghasilkan ledakan kejutan. Ready tidak demikian.
Di beberapa adegan Ready masih menyisakan kekuarangan. Ia bahkan memperlihatkan adegan klise. Penonton sengaja dibuat sadar, adegan yang bakal terjadi mereka sudah mafhum dan memang mengerikan. Misalnya paku di bibir sumur pembuangan mayat. Bahwa paku bakal tertancap di tangan, sudah terbaca penonton. Tapi tetap saja bikin ngilu saat menyaksikannya.
Atau ketika sang pengantin berhasil lolos keluar kastil, pun sudah terbaca dan sudah diperkirakan. Bahwa sebagai mangsa atau buruan, tidak akan mudah meloloskan diri. Bagi pembuat Ready or Not, sang tokoh berhasil keluar dari kastil, hanyalah memindahkan tata latar saja, setidaknya tidak monoton adegan dalam ruang. Penonton pun siap di bawa pada petualangan sang tokoh diburu di luar ruang.
Ready termasuk proporsional dalam mengatur daya kejut, juga kontrol adegan yang tidak berlebihan. Namun tetap mampu menyisipkan banyak hal, ya drama, ya ketegangan, sampai kesadisan. Tidak terkecuali guyon komikal yang bikin terpingkal.
Keluarga LeDomas punya kebiasaan melakukan perpeloncoan terhadap mempelai yang baru menikah. Mereka akan diakui sebagai bagian keluarga kalau mampu melewati permainan tradisi keluarga. Mereka harus mengikuti permainan berdasarakan petunjuk kartu yang keluar. Namanya juga keluarga pembuat mainan, tentu mempelai yang baru menikah akan menganggapnya hanya main-main.
Acara pernikahan Grace dan Alex LeDomas berlangsung di kastil LeDomas hanya dihadiri keluarga. Namun kebahagiaan terpancar dari Grace, meski Alex cemas dengan malam pengantin yang bakal dihadapi. Sudah menjadi tradisi keluarga LeDomas, bahwa usai resepsi, mereka berkumpul dan menjalani ritual tradisi keluarga. Sebelum resmi menjadi bagian dari keluarga LeDomas, mempelai harus mengikuti permainan.
Kartu yang keluar dari kotak permainan adalah main petak-umpet. Grace harus sembunyi, seluruh keluarga LeDomas akan mencarinya. Tidak sekadar menemukanGrace, mereka akan membunuh Grace bila ditemukan. Waktu permainan berlangsung sepanjang malam. Saat fajar menyingsing, kalau yang sembunyi tak ditemukan, ia menang dan menjadi bagian dari keluarga LeDomas.
So, mulailah perburuan dalam permainan petak-umpet. Kini kebahagiaan Grace berubah menjadi ketakutan. Ia tak pernah bayangkan kengerian di malam pengantin, berubah menjadi ritual kematian demi kelanggengan dan kemakmuran keluarga LeDomas.
Alamak!
(Sinemata/ AMI)
Sutradara: Matt Bettinelli-Olpin & Tyler Gillett
Pemain:
Samara Weaving (Grace), Adam Brody (Daniel Le Domas), Mark O'Brien (Alex Le Domas), Henry Czerny (Tony Le Domas), Andie MacDowell (Becky Le Domas), Kristian Bruun (Fitch Bradley), Melanie Scrofano (Emilie Le Domas), Elyse Levesque (Charity Le Domas), Nicky Guadagni (Helene Le Domas)