Knives Out: Ribut Warisan Pengundang Petaka Keluarga
KNIVES Out memang bagus sebagai film drama misteri pembunuhan. Tapi pemberian rating yang sampai delapan (lebih). Lalu dibumbui kata-kata superlatif, bombas, begitu melebih-lebihkan (eksegerasi), terlalu lebay. Berlebihan.
Knives Out menjadi drama misteri pembunuhan yang tetap terjaga teka-teki, pelaku hingga motif pembunuhan menjadi menarik. Intensitas ketegangan terjaga dengan baik. Bahkan ibaratnya seperti puzzle yang belum juga tersatukan sampai setengah cerita. Begitu banyak kelindan cerita yang membuat penonton penasaran.
Knives Out mengembalikan kemasan drama misteri pembunuhan seperti kisah-kisah kriminal di novel Agatha Christie, Arthur Conan Doyle atau Raymond Chandler. Mereka punya tokoh penyelidik yang dengan ketenangannya, mengupas misteri lapis demi lapis. Persis seperti mengubas lapisan bawang yang akhirnya. Ada Hercule Poirot sebagai rekaan Agatha, lalu ada Sherlock sebagai detektif jagoan Sir Arthur. Di Knives Out penonton disuguhkan aksi detektif Benoit Blanc.
Uniknya detektif pengungkap misteri pembunuhan punya karakter-karakter nyaris sama. Selain terkesan tak serius, suka melucu, kerap provokatif dan menjatuhkan mental para tertuduh dengan verbal-verbal yang sangat agitatif. Kadang juga sikap sinis yang membuat tertuduh kerap salah tingkah dan terpancing emosi. Bukankah pekerjaan detektif atau pengungkap kasus-kasus pembunuhan kebanyakan memang demikian. Begitu juga yang dilakukan Benoit Blanc, stereotipe namun tetap menawan dalam mengungkap kasus.
Kisah kriminal drama misteri pembunuhan harus piawai menawarkan cerita yang tak mudah ditebak, twist yang mengecoh, juga adegan-adegan yang kuat dalam menanamkan informasi cerita (planting). Terpenting lagi tentunya, scene pengecoh yang sengaja dihembuskan pembuat dalam cerita. Juga motif pembunuhan yang kerap mengalihkan ending cerita yang sengaja dikaburkan.
Sejak awal planting pengecoh pembunuhan adalah jumlah warisan yang ditinggalkan korban. Tertuduh tentu saja, sang perawat korban, Marta Cabrera. Berikutnya tentu saja dugaan pembunuh paling kuat adalah anak-anak korban. Linda Drysdale, Walter Thrombey dan menantu perempuannya, Joni Thrombey. Nyatanya, penonton akan teralihkan dengan kehadiran Hugh Ransom Thrombey. Ia cucu Harlan Thrombey, selain ganteng, pengangguran, ambisius, bergaya hidup mewah dan membantu Marta.
Complicated character, juga karakter terlihat jahat atau abu-abu, kerap menjadi formula pengecoh film misteri pembunuhan seperti Knives Out. Mereka dihadirkan pembuat melalui tokoh Linda Drusdale dan suaminya, Richard Drysdale, Joni Thrombey, Walter maupun Marta sendiri. Linda digambarkan berduit tapi tetap berharap dapat warisan sang ayah. Joni yang miskin. Juga Walter yang menginginkan sang ayah menyerahkan tampuk pimpinan perusahaan penerbitan kepadanya.
Begitu banyak pengecoh, tapi detektif nan nyentrik, Benoit Black, mengupas satu demi satu peran dan keterlibatan keluarga besar Thrombey tersebut. Ia tahu siapa yang harus dilindungi, siapa yang harus dikorek keterangan, hingga jejak-jejak tertinggal dan terlewatkan di rumah sang miliuner. Dan pembuat Knives Out berhasil mengajak penontonnya ikut bermain teka-teki.
Jadi siapa pembunuh sebenarnya? Lalu apa motifnya? Siapa saksi kunci dan jejak terlewatkan tersebut? Ya, bagusnya tonton sih film yang sudah mengoleksi 185 juta dolar, dari modal produksi sebesar 40 juta dolar ini. Jadi bagaimana Knives Out secara keseluruhan? Nggak mungkin ini film buruk kalau mampu menghasilkan keuntungan empat kali lipat lebih, ya kan?
(Sinemata/ AMI)
Sutradara: Rian Craig Johnson
Pemain:
Daniel Craig (Benoit Blanc), Chris Evans (Hugh Ransom Drysdale), Ana de Armas (Marta Cabrera), Jamie Lee Curtis (Linda Drysdale), Michael Shannon (Walter "Walt" Thrombey), Don Johnson (Richard Drysdale), Toni Collette (Joni Thrombey), Lakeith Stanfield (Detective Elliot), Katherine Langford (Megan "Meg" Thrombey), Jaeden Martell (Jacob Thrombey), Christopher Plummer (Harlan Thrombey)