Chhapaak : Ketika Korban Penyiraman Air Keras, Tuntut Keadilan
DRAMA kemanusiaan selalu menggugah kesadaran. Selalu menyisakan ruang bagi penonton untuk berpikir. Chhapaak sebagai film drama biografi termasuk berhasil. Bahwa selain isu perkosaan, penyiraman zat asam ke wajah perempuan termasuk kejahatan yang tak kalah mengerikan di India.
Sutradara Chhapaak termasuk berhasil mengemas film tanpa perlu menghadirkan korban yang meratap-ratap. Tokoh yang mengiba butuh belas kasihan untuk mengejar simpati penonton. Pembuat paham derita korban penyiraman zat asam tanpa perlu menghadirkan dramatik yang menyayat-sayat demi air mata penonton. Chhapaak justru dihadirkan penuh elegan.
Chhapaak menjadi film perlawanan. Pembuat ingin memperlihatkan bahwa daya hidup korban harus terus menyala untuk melawan kejahatan pidana yang lebih mengerikan dibanding kasus-kasus perkosaan di India. Pilihan cerita perjuangan di pengadilan juga layak diapresiasi. Meghna Gulzar sang sutradara tak ingin memperlihatkan derita panjang korban penyiraman zat asam yang aslinya bernama Laxmi Agharwal.
Dan berhasil!
Sayang, ada satu celah yang membuat Chhapaak tak mudah menembus papan box office India. Padahal peredaran internasional film ini sudah disupport oleh jaringan Fox International. Ada isu lebih penting dan dimainkan banyak pihak. Ketidakberanian pembuat film menampilkan nama asli pelaku penyiraman zat korosif malah menimbulkan protes besar. Tidak saja demonstrasi, Chhapaak diboikot saat beredar.
Aslinya pelaku penyiraman zat asam ini adalah seorang muslim, namanya Nadeem Khan. Tapi di film diganti dengan nama Rajesh. Pelaku yang aslinya muslim diganti bernama Hindu. Protes keras dan boikot film pun merebak. Padahal, penggunaan nama ini diperkirakan untuk menghindari eskalasipertikaian lebih besar. Dikiranya penggunaan nama Hindu lebih aman, namanya tidak!
Chhapaak bercerita tentang Malti yang disiram zat asam di wajahnya. Kejadian di jalanan ini disaksikan banyak orang, namun pelaku berhasil melarikan diri. Penyiraman zat asam telah merusak wajak Malti. Dibantu oleh pengacara, mereka memburu pelaku. Ada tujuan pengacara melambungkan kasus Malti. Selain mengejar pidana pelaku, mereka ingin mengubah undang-undang penggunaan zat asam yang dijual bebas di seluruh India.
Begitu banyak kasus-kasus penyiraman air keras, zat korosif, asam keras ke korban perempuan. Sebagian besar kasusnya adalah ditolak cinta, cinta tak berbalas mau pun merusak masa depan dan reputasi perempuan. Di India kasusnya bisa mencapai ratusan dalam setahun. Tidak ada undang-undang yang mengatur penjualan bebas zat asam di India.
Kemenangan diraih. Pelaku dijebloskan ke penjara meskipun butuh bertahun-tahun untuk maju ke pengadilan. Undang-undang panjualan zat asam juga sudah diatur. Korban juga mendapatkan santunan lebih besar dari pelaku. Dan para survivor korban penyiraman tak malu menjalani hidup normal di tengah-tengah masyarakat. Meskipun tercatat di akhir film, ternyata kasus penyiraman zat asam di India tahun 2019, malah meningkat. Nah lho!
(Sinemata/ AMI)
Sutradara: Meghna Gulzar
Pemain:
Deepika Padukone (Malti), Vikrant Massey (Amol), Madhurjeet Sarghi (Archana Bajaj), Anand Tiwari (Suami Archana), Vaibhavi Upadhyaya (Minakshi), Payal Nair (Shiraz), Vishal Dahiya (Basheer Shaikh), Ankit Bisht (Rajesh)