Bidadari Terakhir: Totalitas Peran PSK Meski Tanpa Air Mata
Totalitas Peran PSK Meski Tanpa Air Mata
PUTRI Indonesia 2013, Whulandary Herman, didapuk sebagai pemeran utama di film pertamanya Bidadari Terakhir. Peran sebagai PSK justru dianggapnya sebaai tantangan.
Tentu tidak mudah menerima peran yang jauh dari citra Whulan selama ini yang selalu tampil ayu, lembut dan selalu menjaga citra diri. Tokoh Eva selain berprofesi sebagai PSK yang miskin dan merana hidupnya. Pun tak percaya cinta.
"Ini film perdana aku dan aku harus memerankan karakter yang bertolak belakang sekali dengan gelarku sebagai Putri Indonesia. Tapi untungnya Yayasan Putri Indonesia sangat mendukung dengan profesi baruku ini, " ujar model cantik ini.
Kebetulan lawan mainnya Maxime bouttier yang sudah beberapa kali main di film-film drama dan horor. Whulandary merasa ada yang bisa dijadikan tempat bertanya, selain tentunya sutradara Awi Suryadi. Lawan main yang menyenangkan memudahkan Whulan mendapatkan chemistry-nya. Pujian ini sempat dilontarkan Maxime bahwa totalitas dan keinginan belajar Whulan sangat besar.
Maxime merasa justru Whulan seolah yang ikut menghidupkan peran Rasya di film ini. Bagi Maxime Whulan berhasil menampilkan sosok Eva secara utuh.
Kalau pun kritik yang perlu dilayangkan justru pada cerita dan skenario film Bidadari Terakhir yang tidak detail menampilkan problematika kehidupan Eva dan Rasya. Konflik cerita seakan kurang greget. Bahwa seberapa besar cinta harus diperjuangan, masalah ibu Eva yang sakit dan harus diperjuangkan kesembuhannya. Tidak terkecuali, ketidakberanian sutradara menjadikan relasi cinta Eva dan Rasya mengharu biru. Bukankah cinta menyek-menyek – mengaduk-aduk emosi -- macam telenovela dan opera sabun disukai penonton film Indonesia.
Kekhawatiran ini yang kerap menjadikan cerita film serba-tanggung, dan tidak menimbulkan kesan mendalam bagi penonton. Bidadari Terakhir hanya memberikan kejutan di akhir ceritanya. Padahal, banjir air mata penonton pun sesunguhnya terpuaskan!
(Sinemata/ Tari/ Dizzy)