Mengexplore Eksotisme Kota Balikpapan
Eksotisme Balikpapan Hanya Sebatas Lokasi Syuting
TIDAK tepat betul sebagai kisah nyata, tapi setidaknya cerita film Bidadari Terakhir diangkat dari peristiwa nyata yang dinovelkan penulis Agnes Davonar. Peristiwa sesungguhnya memang di Balikpapan. Itu sebabnya, sutradara Awi Suryadi tak ingin kehilangan atmosfir dan benang cerita asa peristiwa. Balikpapan menjadi pilihan lokasi syuting film Bidadari Terakhir.
Rumah produksi Imagine dan Ganesha Perkasa pun melihat bahwa Balikpapan menjadi lokasi syuting yang belum pernah dilirik pembuat film kebanyakan. Banyak lokasi menawan dari Balikpapan. Keindahan sungai dan jembatan Mahakam, Pantai Melawai berikut dinding laut untuk menghindari air pasang, menjadikan film enak dinikmati. “Kalau kalian melihat film ini, pasti kalian ingin sekali mengunjungi kota Balikpapan,” jelas sutradara film Kawin Kontrak 3, Street Society dan Asmara Dua Diana ini.
Tak heran apabila masyarakat Balikpapan berbondong-bondong setiap kali awak produksi syuting di lokasi-lokasi penjuru Balikpapan ini. Awi optimis, dukungan penonton di lokasi syuting ini setidaknya menjadi dukungan moral saat produksi. Dan tentunya harapannya, penonton berbondong-bondong ke gedung bioskop saat film ini dirilis 10 September 2015.
Balikpapan layak dieksplorasi, banyak lokasi yang menambah keindahan film. Namun kritik tetap saja muncul menyangkut bahasa dan dialek yang digunakan pemain-pemain di film ini. Masih terasa sekali rasa Jakartanya. Tidak ada keberanian menyisipkan muatan lokal yang sesungguhnya akan memperkaya nuansa film. Atau demi kemudahan saja, toh penonton film ini nantinya mayoritas adalah seputar Jakarta. So, kalaupun tidak ada ikon dan simbol-simbol kota Balikpapan , sesungguhnya cerita dan problem di film sangatlah umum. Cerita dan problem masyarakat kebanyakan.
(Sinemata/ Tari/Dizzy)