Apresiasi Film Indonesia (AFI) 2015: Apresiasi untuk Perfilman Dari Perspektif Budaya Indonesia
APRESIASI Film Indoneisa (AFI) lahir dimaksudkan untuk menjadi ajang kompetisi dan apresiasi film-film Indonesia. Inginnya berbeda dibanding festival yang sudah ada, seperti: Festival Film Indonesia (FFI), Festival Film Bandung (FFB), Indonesia Movie Awards (IMA), Yogya Netpac Film Festival. Tapi nyatanya AFI tidak jauh berbeda. Kecuali kategori dan pemberian penghargaan yang membedan dengan festival yang sudah ada.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan penyelenggara festival memilih Yogyakarta sebagai tempat penyelenggaraan puncak acara. Penyelenggara memilih Benteng Vreideburg sebagai tempat acara, persis seperti tempat penyelenggaraan FFI dua tahun lalu. Sebelumnya santer diinformasikan bahwa AFI 2015 akan digelar di kota Makassar. Entah alasan apa kementerian membatalkan kota tersebut sebagai tuan rumah, padahal pegiat film di Makssar sudah antusias.
Kategori pemberian penghargaan berubah dibanding tahun-tahun sebelumnya yang memilih film terbaik, pemain atau aktor terbaik termasuk pemeran terbaik. Apresiasi tahun ini diberikan lebih kepada penghargaan atas upaya dan jasa-jasa yang sudah diberikan. Misalnya, kota kreatif, kota film. Yaitu penghargaan kepada kota-kota yang memberi kesempatan bertumbuh kembangnya kegiatan perfilman. Termasuk lembaga pendidikan yang memberikan sumbangsih bagi kemajuan perfilman.
Malam puncak AFI 2015 berlangsung hari Sabtu (24/10). Kegiatan acara sudah berlangsung sejak jauh-jauh hari meliputi diskusi, pelatihan, hingga melibatkan komunitas-komunitas perfilman yang selama ini tak tersentuh festival. Pun dukungan menikmati kemajuan industri perfilman. Sebut misalnya, kemenangan yang diberikan kepada Komunitas Film Purbalingga, merupakan penghargaan atas jerih ayah komunitas menghidupkan film-film pendek, dan memberi ruang bagi pelakunya untuk terus berkarya.
Melihat komposisi dari juri pengapresiasi seperti: Budi Irawanto, S.T. Sunardi, Armantono, Yan Widjaya, Tika Bisono, Panji Wibowo, dan Otty Widasari, merupakan usaha kementerian untuk memperbaiki kualitas penyelenggaraan. Seperti dikatakan Kacung Maridjan, Dirjen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bahwa pihaknya masih terus mencari bentuk yang sesuai antara penyelenggaraan fetival dan pemberian apresiasi. Piala Dewantara – mengambil nama pendidik bangsa Ki Hajar Dewantara – kiranya menjadi inspirasi dan motivasi bagi pekerja kreatif perfilman dalam menghasilkan karya-karya film lebih bermutu. Terpenting lagi, menjembatani kesenjangan hadirnya film-film komersial, film heritage dan film festival, dan terus menghidupkan kantong-kantong produksi film.
Apresiasi Film Indonesia (AFI) 2015 sudah berlangsung, beberapa pelaku perfilman tersenyum puas dengan apresiasi yang didapat dari pemerintah. Sebagian lagi masih tersenyum kecut, karena merasa terabaikan dan tak terakomodasi selama kegiatan AFI 2015.
Mudah-mudahan, seperti yang diucapkan Kacung Maridjan, bahwa AFI akan menemukan bentuk festivalnya. Saat itulah baru dikatakan AFI menjadi barometer kemajuan perfilman Indonesia. Anda setuju?
(Sinemata/ tari)
Berikut adalah daftar 17 pemenang Apresiasi Film Indonesia (AFI) tahun 2015:
- Apresiasi Film Fiksi Panjang: (Sutradara: Eddie Cahyono, Produksi: Fourcolours Film)
- Apresiasi Film Fiksi Anak: Takut Denda. (Sutradara: Arief Rakhman Mualim, dari Makassar)
- Apresiasi Fiksi Pendek Kategori Umum: (Sutradara: Wregas Bhanuteja, dari Jakarta)
- Apresiasi Fiksi Pendek Kategori Pelajar: (Sutradara: Eka Susilawati, dari Purbalingga)
- Apresiasi Dokumenter Kategori Umum: (Sutradara: Vicky Hendri Kurnawan, dari Yogyakarta)
- Apresiasi Dokumenter Kategori Pelajar: (Sutradara: Muslihan, dari SMAN 1 Kebumen)
- Apresiasi Film Biografi: Merry Riana: Mimpi Sejuta Dollar. (Sutradara: Hestu Saputra, Produksi: MD Pictures)
- Apresiasi Pemerintah Daerah: Daerah Istimewa Yogyakarta
- Apresiasi Lembaga Pendidikan Film: Program Film Universitas Bina Nusantara
- Apresiasi Komunitas Film: Montase, dari Yogyakarta
- Apresiasi Festival Film: Festival Film Purbalingga
- Apreasiasi Kritik Film: Makbul Mubarak
- Apresiasi Media Cetak: Gatra
- Apresiasi Poster Film: Siti
- Penghargaan Inspiratif, Apresiasi Adi-Karya: Garin Nugroho
- Penghargaan Inspiratif, Apresiasi Adi-Insani: DA. Peransi
- Penghargaan Inspiratif, Apresiasi Kajian Akademik tentang Film: B.I. Purwantari. (Representasi Tragedi 65 dalam Film, Antropologi Media dan Film-film Bertema Tragedi 1965. Tesis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Departemen Antropologi Pascasarjana Universitas Indonesia, 2010).