Knock Knock: Uji Kesetiaan Si Family-man
KNOCK Knock seakan ingin membuktikan premis, sesetianya seorang laki-laki sulit tak tergoda rayuan wanita cantik. Apalagi muda, seksi, plus menggoda. “Dari semua laki-laki yang kami ketuk pintu rumahnya. Tak satu pun yang menolak,” begitu ucapan salah satu wanita penggoda.
Evan Webber adalah seorang arsitek dengan anak dua dan istri yang cantik. Evan juga setia, penyayang keluarga, serta tinggal di kawasan elit. Rumah tangga yang dibangun selama 16 tahun, nyaris sempurna. Tapi hanya karena ‘ketukan pintu’, hidup Evan berantakan.
Genesis dan Bel, dua wanita seksi menggoda, muncul di rumah Evan ketika istri dan anaknya pergi. Evan tak bisa menolak ketika dua wanita yang kehujanan itu mengaku tersesat dan ingin meminjam telepon. Evan bahkan menghubungi taksi untuk menjemput mereka. Hanya dalam waktu singkat, Evan tak mampu menahan godaan syahwat dua wanita yang perlahan menguasai pikiran Evan. Predikat suami setia, family-man, berantakan hanya dalam tempo singkat!
Evan sebenarnya sudah lama menjadi korban incaran Genesis dan Bel. Keduanya bahkan paham kebiasaan Evan, sehingga memudahkan mereka menyeret Evan ke dalam permainan. Teror fisik dan mental pun dialami Evan. Tanpa daya, Evan menjadi bulan-bulanan Genesis dan Bel.
Knock Knock kurang lebih berharap penontonnya membenci dua sosok wanita yang benar-benar menjengkelkan. Kalau ingin menghadirkan antipati dan kejengkelan penonton, sepertinya film ini berhasil pada tujuannya. Dan, ketika laki-laki setia seperti Evan gagal lepas dari siksaan sang psikopat, seakan menjadi antitesa film-film Hollywood selama ini. Tokoh jahat tidak selalu kalah, apalagi terbunuh.
Knock Knock sebenarnya bukan cerita baru tentang teror psikopat untuk keluarga baik-baik. Sebut saja Fatal Attraction yang bertutur tentang laki-laki tergoda oleh keseksian seorang psikopat. Knock Knock sendiri bukan cerita orisinal, ia merupakan remake dari film Death Game. Jadi kalau menyaksikan Knock Knock, jangan bayangkan Keanu Reeves seperti hero yang selama ini hadir di layar. Ini ekspektasi dari kebanyakan penonton yang memaki-maki laku bodoh Keanu sebagai sosok arsitek cerdas. Tapi, bukankah ada saatnya orang tidak berdaya ketika bertemu wanita seksi, dan tak mampu melawan menghadapi psikopat seperti dua wanita, Genesis dan Bel.
So, nikmati saja peran Keanu Reeves sebagai Evan yang disiksa dua wanita seksi tanpa pernah bisa melakukan perlawanan. Bahkan ketika Evan Webber sudah memegang pisau dan panci sekali pun, Evan harus tersandung.
(Sinemata/*)
Pemain: Keanu Reeves (Evan), Lorenza Izzo (Genesis), Ana De Armas (Bel), Ignacia Allamand (Karen)
Sutradara: Eli Roth