The Crossing 2: Maunya Se-epik Titanic

The Crossing 2: Maunya Se-epik Titanic

SEJAK awal The Crossing sudah digembar-gemborkan sebagai The Titanic-nya versi Mandarin. Nyatanya, The Crossing bagian pertama hasilnya mengecewakan. Bagaimana dengan sekuel kedua? Sama saja.

Untuk sutradara sekelas John Woo yang sukses di Hollywood dengan film-film laga, juga sukses dengan film berskala kolosal, rasanya The Crossing gagal memberikan hiburan kepada penontonnya. Sebut saja film-film Broken Arrow, Face/ Off, Mission Impossible 2, Windtalkers, Paycheck. Atau kolosal seperti Red Cliff 1 & 2. Sungguh karya-karya yang mengagumkan.

Tapi The Crossing 2, memperlihatkan bahwa butuh energi besar untuk membuat drama kolosal saat berakhirnya kekuasaan Jepang. Berlanjut pada perebutan pengaruh kaum Nasionalis dan Komunis di tanah Tiongkok. Begitu banyak karakter yang harus dituturkan menjadikan penonton kesulitan mengenali dan memahami karakter di film. Untuk tokoh Yu Zhen (Zhang Zi Yi) misalnya, ketika berusaha mencari tiket kapal ke Shanghai mencari suaminya dan menggadaikan tubuhnya sebagai wanita tuna susila, terkaburkan dengan sosok Yu Zhen ketika menjadi relawan perawat korban perang. Begitu banyak lompatan adegan.

Begitu juga tokoh Yan Zekun (Takeshi Kaneshiro), dokter yang menanti kepastian nasib kekasih Jepangnya. Dan Zekun yang masih punya kewajiban menyelamatkan adiknya di daratan Tiongkok. Tidak pernah nyaman menikmati plot cerita berdurasi lebih dari 2 jam ini. Cukup menyulitkan menikmati cerita The Crossing 2 dan tokoh-tokoh di dalamnya.

Sebenarnya mudah untuk meringkas keinginan pembuat film dan menyampaikannya kepada penonton. Bahwa perjumpaan dan perpisahan tidak ada yang serba-kebetulan. Semua sudah ada skenarionya. Bahkan dalam kondisi terburuk sekali pun. Manusia boleh berkehendak, tapi suratan sudah tertulis. Begitu kurang lebihnya cerita Titanic versi Mandarin ini.

Tai Ping menjadi kapal besar yang akan mengangkut berbagai kelas sosial warga Tiongkok yang ingin mengungsi ke Taiwan. Kekalahan Nasionalis Kuomintang mendorong mereka untuk meninggalkan Shanghai dengan berbagai macam alasan, tujuan dan keinginan. Yu Zhen misalnya, ingin ke Taiwan untuk mencari suaminya, Tong Daqing. Yu Zhen rela ‘menggadaikan’ tubuhnya demi tiket kapal yang harganya terus melangit. Ada lagi tokoh Zhou Yufen (Song Hye-kyo) yang menanti suaminya Jenderal Lei Yifang (Huang Xiaoming). Pertemuan Yan Zekun dan Zhiu Yufen seakan menjadi dejavu pertemuan keduanya dalam pelayaran menuju Taiwan.

Bencana tenggelamnya kapal Tai Ping menjadi penjelasan pertemuan dan perpisahan tokoh-tokoh di dalamnya. Baik tokoh yang menjadi korban di atas kapal, maupun orang-orang yang menanti mereka di pelabuhan Keelun, Taiwan. Dari 1000an penumpang, yang selamat hanya 34 orang.

The Crossing 2 sebenarnya luar biasa dari sisi pemain, semuanya bintang kelas satu di Korea, Jepang, Hong Kong maupun Cina daratan. Sayang, orkestrasi karakter yang seharusnya menarik, tidak terjadi di The Crossing 2. Kalaupun masih bisa dinikmati, ya pelajaran tentang perang yang selalu menyisakan kepedihan, kepiluan dan luka yang membekas hingga kini.

(Sinemata/*)

Pemain: Takeshi Kaneshiro, Zhang Zi Yi, Song Hye-kyo, Huang Xiaoming, Tong Dawei, Wang Qianyuan

Sutradara: John WooThe Crossing 2: Maunya Se-epik Titanic

Tags