Nay: Kehamilan Untuk Diriku, Bayiku dan Hidupku
NAY (Sha Ine Febriyanti) adalah potret artis ibu kota yang ambisius dan pekerja keras. Ia baru saja menyadari dirinya tengah hamil. Ini adalah kemalangan bagi perempuan belum menikah. Termauk ketika ia menerima kabar bahwa dirinya lolos casting sebuah film. Kabar gembira yang justru bisa menjadi duka bagi Nay.
Nay menghubungi Adjeng (Cinta Ramlan), sahabat sekaligus manajernya. Justru sambutan tak mengenakkan pun diterimanya. Nay pun berfikir bahwa sahabatnya hanya memikirkan pekerjaannya saja, tidak permasalahannya.
Ketika Nay meminta pertanggung jawaban Ben (Paul Agusta), pacarnya, bukan berita baik yang ia dengar. Ben lebih memilih mengenyampingkan masalah bayinya dan tidak akan memberitahukan ibunya. Kejutan besar lainnya, ketika ibu Ben (Niniek L. Karim) menghubungi Nay. Ibu Ben tak rela Nay meminta pertanggung jawaban anaknya. Ia bahkan meragukan janin dalam kandungan Nay adalah anak Ben.
Melihat sekelilingnya yang tidak mengharapkan kehadiran sang bayi, Nay pun bertekad merawat kandungannya. Ia tidak ingin bernasib seperti ibunya yang tidak merawatnya dengan baik.
Sampai disini, Djenar menceritakan pengalaman pahit masa lalu Nay dengan kemasan yang menarik. Nay meluapkan kemarahan, kebencian, dan rasa kecewanya pada jok kosong disebelahnya. Ia bayangkan seolah ibunya duduk manis di jok itu. Peran Sha Ine sebagai Nay patut diacungi jempol, begitu emosional. Totalitas penampilanya sebagai perempuan tertekan benar-benar mengena. Sebagai film feminis, jelas Nay dengan baik melakukan pembelaannya dari kompleksitas permasalahan kehamilan perempuan lajang. Nay fokus melihat sudut pandang bahwa sesungguhnya menjadi orangtua tunggal, menjadi perempuan berperan ganda, perempuan yang sendiri mengahadapi cibiran dan cemooh, bukanlah beban. Kehamilan adalah kewajaran!
Kalaupun kritik terhadap Nay, tentang latar jalanan seputar Jakarta. Mobil yang dikendarai Nay random berjalan di daerah Sudirman, Thamrin, Gatot Soebroto dan Antasari belaka. Seolah Nay hanya berputar-putar mengendarai di jalan tersebut saja. Ini adalah bagian yang paling mengganggu. Monolog panjang di dalam mobil tanpa insersi atau sisipan adegan lain, juga membosankan. Tidak semua penonton mau mendengar ketabahan Nay menghadapi masalahnya yang disampaikan secara monoton. Selebihnya, ya nikmati saja dilema perempuan menentukan pilihan untuk dirinya, bayinya, dan hidupnya!
(Sinemata/TR)
Foto: dari berbagai sumber