ISENG: Kelindan Misteri Kematian Yang Nikmat Diikuti
TIGA cerita kriminal berbeda namun saling berkelindan, diusung dalam film perdana produksi Absolute Film berjudul Iseng. Film garapan Adrian Tang ini mengangkat kisah hidup masyarakat urban dari kelas sosial dan profesi berbeda. Mereka terseret dalam kasus kejahatan di rentang waktu 24 jam.
Film Iseng diawali dengan penemuan dua mayat di apartemen. Satu mayat perempuan ditemukan di dalam apartemen, sedangkan satu lagi mayat pria yang jatuh dari balkon. Dua orang detektif yang bertugas, Ludi (Donny Alamsyah) dan komandannya (Donny Damara), menemukan kejanggalan dan penuh teka-teki.
Kisah pun mundur satu hari sebelum kejadian. Pertama, kisah seorang pengusaha kaya bernama Irwan (Tio Pakusadewo). Ia meminta supirnya, Edi (Yayan Ruhiah) menghabisi Baby (Viola Arsa), wanita simpanannya yang mengaku hamil. Edi pun segera menyuruh tiga anak buahnya, Aripin (Fandy Christian), Atif (Khiva Iskak), dan Joni (Zuli Silawanto) membunuh Baby.
Kisah kedua datang dari koki restauran bernama Denis (Kho Michael). Ia memiliki kelainan seksual setiap melihat perempuan bahenol. Akibat orientasi seksnya tak wajar, Denis sering dimarahi Cik Helen (Dayu Wijanto). Untuk memuaskan hasrat kelelakiannya, setiap pulang kerja Denis selalu meminjam taksi milik temannya, Andi (Fauzi Baadilah) dan mencari PSK jalanan.
Berikutnya tentang pegawai Irwan yang terkenal genit dan doyan gonta-ganti pasangan, namanya Chicha (Evelinn Kurniadi). Fany (Wulan Guritno) teman kerja Chica, selalu mengingatkan untuk berhenti dari kebiasaannya kalau tidak ingin kualat. Chicha malah makin garang dan kini berusaha menarik perhatian Jo (Frida Tumakaka), seorang lesbian yang baru patah hati. Jo bekerja sebagai pelayan restauran bersama Denis. Tak disangka pertemuannya dengan Jo, membawa Chica pada kata “kualat”.
Kisah terakhir tentang dua orang yang mengadu nasib sebagai PSK di Jakarta. Mereka adalah Dian (Fany Vanya) dan Kiki (Manda Cello). Dian datang ke Jakarta setelah bercerai dari suaminya. Ia minta Kiki mengajarinya sebagai PSK jalanan. Sayang, hari pertama Dian beraksi ia malah bertemu Denis yang malah menghabisi nyawanya.
Meskipun terdapat banyak tokoh dan kejadian, namun Adrian Tang mengemasnya menjadi satu kesatuan cerita. Setiap peralihan adegan disajikan dengan mulus sehingga tidak membuat penonton dipusingkan mengikuti plot. Sungguh menarik bangunan cerita skenario hingga cara menghadirkan tokoh dan karakter dalam film. Begitu dinamis, namun tetap enak dinikmati.
Para tokoh bermain total dalam menghidupkan karakter. Tengok saja tokoh Chicha, perempuan yang selalu menarik gestur dan verbal yang terucap. Sebagai perempuan penggoda sungguh memikat. Catatan positif lainnya tentu saja pemeran Danis. Tanpa banyak bicara, hanya melalui raut wajah saja, sudah tergambar karakter psikopat. Sungguh meyakinkan.
Iseng terbilang cukup berani dalam pengadeganannya. Itu sebabnya, Lembaga Sensor Film (LSF) banyak menggunting bagian film yang sesungguhnya sangat penting bagi pembuat. Harapan pembuat film, Iseng bisa diterima penonton. Toh pesan dalam film sangatlah kuat, persis seperti tertulis di tagline-nya: “Semua kejadian pasti ada awalnya”. So, jangan pernah Iseng kalau tidak mau menerima akibatnya. (Sinemata/TR)