Neerja: Memilih Tak Menyelamatkan Diri dan Mati
SESUNGGUHNYA kisah nyata atau sebagai biopic film Neerja memiliki dasar cerita yang sangat bagus. Pertimbangan ini menjadikan salah satu nilai jual film. Selain epik, film seperti Neerja, juga mudah menarik penonton datang ke bioskop. Ini mengingat kisah keberanian Neerja menyelamatkan 359 penumpang pesawat diapresiasi di India, Pakistan hingga Amerika. Sisi positif ini menjadikan film Neerja punya nilai jual.
Tindakan teroris internasional yang makin brutal, mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan, pun menjadi isu menarik menaikkan nilai jual film Neerja. Wajar jika Fox Star Studios mau membiayai proyek film Ram Madhavani ini.
Wajar jika dalam tiga minggu peredarannya, film Neerja berhasil menjadi box office. Pendapatan sebesar 19 juta dolar US, menjadi buktinya. Tapi bandingkan dengan pendapatan film sukses sepanjang masa Bollywood seperti PK, yang meraup 120 juta dolar US, Bajrangi Bhaijaan (100 juta dolar US), Dhoom 3 (90 juta dolar US), Chennai Express (75 juta dolar US), 3 Idiots (70 juta dolar US).
Sesungguhnya, potensial penonton Neerja harusnya jauh lebih tinggi lagi. Kisah epik Neerja Bhanot menghadapi kawanan pembajak pesawat Pan Am 073, menerima pujian sebagai film sempurna saat pemutaran perdananya di India, Februari 2016 lalu. Namun apa daya, penjualan Neerja mentok di angka 19 juta dolar US.
Neerja didukung pemain-pemain terbaik Bollywood. Shabana Azmi sebagai ibu Neerja, Rama Bhanot, di India termasuk salah satu legenda hidup Bollywood. Sonam Kapoor pemeran Neerja Bhanot, pun bintang muda yang jadi idola Bollywood saat ini. Penampilan Sonam sebagai Neerja, dipuji keluarga Bhanot. Ketika Sonam datang ke rumah Neerja bersama sutradara Ram Madhavani, Rama Bhanot terkagum luar biasa. Ia sampai menyangka putrinya hidup lagi. Ini yang membuat pembuat film Neerja optimis filmnya bakal sukses besar.
Neerja tidak sesempurna seperti pujian banyak penonton. Neerja juga banyak meninggalkan lubang kelemahan cerita. Unsur dramatik yang kurang menggigit. Dan tidak biasanya, drama tragis seperti Neerja, tidak mampu membuat penonton berurai air mata. Bahkan ketika Rama Bhanot menerima jasad putrinya atau saat berpidato menerima penghargaan atas keberanian Neerja, pun tak mampu menyeret emosi penonton.
Adegan yang semestinya mampu menarik empati penonton, malah terkesan artifisial. Kelemahan lain terlalu banyak dialog tak perlu dalam menjelaskan perjuangan dan keberanian Neerja. Padahal, cukup kekuatan visual plus kesenyapan akan membuat Neerja jauh lebih dramatik dan menyentuh saraf kontemplasi penonton.
Neerja Bhanot anak keluarga kelas menengah India. Bapaknya seorang jurnalis, dua kakak dan ibu yang sangat menyayangi, menjadi pelarian Neerja dari suaminya. Sang suami merasa Neerja jauh dari sempurna. Sementara perceraian menjadi langkah memalukan bagi keluarga. Dan menjadi kegagalan keluarga Bhanot dalam mendidik anak perempuan. Neerja memutuskan kembali rumah orangtuanya, kembali menekuni dunia model dan menjadi pramugari.
Subuh pagi, 5 September 1986, Pan AM 73 bersiap terbang menuju Jerman, namun stop over di Pakistan. Begitu pesawat menjejak di Karachi, Pakistan kawanan teroris sayap Abu Nidal langsung memasuki pesawat. Mereka menerobos keamanan. Beruntung pilot pesawat berhasil lolos melalui jendela kokpit. Jadilah pesawat tanpa awak. Kawanan teroris pun melakukan ancaman dan penyanderaan. Mereka bahkan berjanji membunuh semua warga Amerika apabila pesawat tak juga terbang. Neerja dengan segala keberaniannya, menyingkirkan semua paspos warga Amerika.
Begitu juga setiap kali kawanan teroris melakukan tindak kekerasan Neerja bertindak menenangkan. Termasuk terhadap kawan-kawan kru pesawat yang ketakutan. Penyanderaan berlangsung lebih dari satu setengah hari, pemerintah Pakistan dianggap lambat bertindak, bahkan menyiapkan pasukan. Menjelang chaos dalam pesawat mereka baru bisa mencapai pesawat.
Drama penyelamatan pesawat berhasil. Sekitar 15 penumpang tewas. Neerja yang semestinya selamat, memilih mengeluarkan sisa penumpang terakhir. Saat itulah berondongan AK-47 menyalak tak henti memberondong tubuh Neerja.
Tepat di hari ulang tahunnya, jenazah Neerja diterima sang ibu. Harapan Neerja bisa menikah lagi dengan sopir mobil penerbangan juga gagal dilakukan. Hanya kain sari panjang yang bisa dipenuhi Nyonya Rama Bhanot sebagai hadiah ulang tahun putrinya ke-24. Itupun bisa ia berikan di peti jenazah Neerja.
(Sinemata/*)
Pemain:
Shabana Azmi (Rama Bhanot), Shekhar Ravjiani (Jaideep), Yogendra Tikku (Harish Bhanot), Sadh Orhan (Saad Mallik), Abrar Zahoor (Zayd Safarini), Jim Sarbh (Khalil), Ali Baldiwala (Mansoor), Vikrant Singta (Fahad), Kavi Shastri (Naresh)
Sutradara: Ram Madhavani