Filmisasi Spy In Love karya Dwitasari

Filmisasi Spy In Love karya Dwitasari
Filmisasi adalah proses transformasi atau perubahan bentuk dari karya sastra ke film. Selain filmisasi, yang menyatakan proses transformasi sastra kebentuk film dikenal juga dengan istilah ekranisasi (Suseno, 2011).

Sapardi Djoko Damono (2005:96) memiliki istilah alih wahana untuk membicarakan transformasi dari satu jenis kesenian ke jenis kesenian yang lain. Istilah ini hakikatnya memiliki cakupan yang lebih luas dari ekranisasi. Ekranisasi merupakan perubahan ke atau menuju layar putih, sedangkan alih wahana seperti yang dijelaskan Sapardi bisa dari berbagai jenis karya seni ke jenis karya seni lain. Akan tetapi, istilah ini tidak bertentangan dengan makna dan konsep dasar yang dimiliki oleh ekranisasi sebagai proses pengubahan dari satu wahana ke wahan lain.

Adaptasi karya sastra ke layar lebar sudah sejak lama dilakukan. Tidak hanya di luar negri, di Indonesia pengadaptasian karya sastra, yang dikenal dengan ekranisasi ini, sudah banyak dialakukan. Novel-novel karya penulis terkenal dijadikan sebagai sumber inspirasi dalam pembuatan film oleh sineas-sineas muda di Indonesia.

Sebut saja karya-karya dari Habiburrahman El-Shirazi yang begitu menarik perhatian para sutradara dan produser untuk membuat film dari novel-novelnya seperti novel Ayat-Ayat Cinta dengan  judul film yang sama pula, Ketika Cinta Bertasbih dengan judul film yang sama, Cinta Suci Zahrana dengan judul film yang sama.

Tak hanya novel Haibiburrahman El Shirazi yang laris manis, Andrea Hirata dengan karya-karyanya yang menggugah semangat perjuangan seperti Laskar Pelangi yang difilmkan dengan judul Laskar Pelangi. Kemudian novel berikutnya Sang Pemimpi yang merupakan lanjutan seri dari Laskar Pelangi. Penulis wanita seperti Dewi Lestari juga memperoleh kesempatan untuk meng-ekranisasi novelnya Perahu Kertas ke layar lebar. Kesuksesan filmisasi Perahu Kertas membuat novel-novel Dewi Lestari lainnya pun beruntun diangkat ke layar lebar.

Penulis wanita yang juga sukses seperti Dewi Lestari adalah Dwitasari. Penulis muda berbakat ini sudah menelurkan 11 novel, 3 diantaranya sudah difilmkan yakni Cinta Tapi Beda, Raksasa Dari Jogja, dan Spy In Love (baru akan tayang). Tulisan-tulisan karya Dwitasari dikenal memiliki karakter. Ia mampu merangkai kata-kata menjadi kalimat indah. Tak ayal karya-karyanya selalu fenomenal dan banyak disukai khalayak.

Berbeda dari dua novel sebelumnya yang bergenre drama, untuk novel Spy In Love ini Dwitasari menambahkan bumbu drama romantik berbalut dengan aksi kriminal. Spy In Love sendiri bercerita tentang Putra, manager hotel yang jatuh cinta dengan Jasmine. Mereka berencana melangsungkan pernikahan di sebuah pulau romantis. Namun rencana pernikahan mereka berantakan ketika Ray (Ray Sahetapy), mantan agen intelegen yang menjadi kakek dari Putra mengetahui identitas dari Fariza (Nasha Aziz) yang merupakan ibu dari Jasmine yang dianggapnya sebagai agen rahasia yang sudah melakukan aksi penculikan terhadap beberapa banker dunia. SPY IN LOVE menghadirkan konflik yang melibatkan dua negara, dimana cinta dan kepentingan negara menjadi bumbu dalam film tersebut.

Bagaimana kelanjutan kisah Putra dan Jasmine? Kisahnya dapat diintip di novel Spy In Love yang baru dilaunching tanggal 13 Agustus 2016 ini. (Sinemata/TR)

Tags