Kaleidoskop Perfilman Indonesia di Tahun 2018

3 besar fil Imdonesia 2018Tahun 2018 bisa jadi salah satu angka yang akan diingat insan perfilman Indonesia. Lebih dari 50 juta orang hadir dan menonton film di bioskop. 14 film masing-masing berhasil mendatangkan lebih dari satu juta orang. Satu di antaranya, film Dilan 1990, berhasil meraih box office besar-besaran, 6,3 juta penonton. Hanya kalah sedikit dari raihan penonton Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! bagian 1.

Tahun 2018, film drama romantis tetap ada, disertai beberapa film anak saat liburan sekolah. Tahun 2018 juga dipenuhi film-film horror. Ada yang cacat logika maupun tidak. Ada yang laku maupun tidak. Catatan penting, film horror memang punya pasar sendiri. Bahkan saat The Secret: Suster Ngesot Urban Legend berhadapan langsung dengan film paling ditunggu di 2018, Avengers: Infinity War, ia tetap berhasil membukukan angka 630 ribu penonton.

Berjubelnya antrean film horor di layar bioskop Indonesia membuat genre lain tidak kebagian tempat. Pihak Cinema 21 pun memberi edaran agar rumah produksi membatasi pembuatan film berjenis horror. Satu langkah yang patut diapresiasi.

Melantai di Bursa Saham

Satu raksasa perfilman, MD Pictures, tercatat melantai di bursa efek tanggal 7 Agustus 2018 dengan kode FILM. Dibuka di harga dua ratus sepuluh rupiah, sahamnya laris manis dibeli aktor dan aktris yang pernah terlibat. Perdagangan saham FILM sempat disuspensi karena adanya aktivitas tidak biasa, kenaikan harga saham sudah luar biasa. Kemudian, larangan jual beli itu sudah diangkat dan perdagangan dilakukan seperti biasa. Apakah akan ada perusahaan film lainnya yang ikut tercatat sebagai perusahaan terbuka?

Harapan Perfilman Indonesia di 2019

Keluarga Cemara yang mulai tayang 3 Januari 2019 menjadi film pertama yang meraih satu juta penonton. Didukung dana dari Ideosource dan Go-Studio, film ini tetap menampilkan kesederhanaan bercerita. Kesederhanaan yang justru membuat banyak orang jatuh cinta, karena dekat dengan pribadi masing-masing.

Daftar film yang akan tayang sepanjang awal tahun pun sudah merayap. Dengan dukungan budget besar, atau fanbase loyal, mereka siap menyongsong ceruk pasar yang sangat menggairahkan.

Meski begitu, citra film Indonesia belum pulih benar. Film Indonesia sendiri masih dianggap tidak berkualitas. Sia-sia saja menontonnya, begitu tulis seorang netizen di media sosialnya. Padahal ide cerita film Indonesia semakin berkembang, meskipun kadang eksekusi tidak sebaik itu. Cacat logika yang bertaburan di banyak film membuat keapikannya berkurang. Selain itu film Indonesia dengan cerita orisinil pun lebih sulit mendapat tempat dibandingkan film yang diangkat dari novel, misalnya. Publik pecinta film siap menunggu film Indonesia yang lebih baik lagi.

Tags